Kemudian
Dibalik kain putih tipis dan lembut itu aku melihat tepian wajah Ibuku yang putih, bersih dan sangat aku rindu, aku berharap ketika wajah itu mampu membentuk sebuah senyuman.
Aku meminta izin melihat untuk yang terakhir kali. Aku manahan butiran butiran air mataku membasahi jasadnya. Aku tak kuasa. Terisak, perih.
Bahu itu tempatku bersandar, pundak yang telah lama aku rindukan untuk menyampaikan semua pertanyaan yang terbalut dibenakku. Kulampiaskan butiran-butiran yang mengalir hangat menyentuh pipiku. Membasahi ujung-ujung kain putih yang kukenakan sebagai penutup kepala untuk mengiringi kepergian ibuku menemuiNya. Kurasakan bahu itu merengkuh menyambut dan melindungiku dengan tangannya yang maha, Kurasakan ku ditempatkan ditempat yang paling indah. Bersandar didada yang semesta.
Doa ini kupanjatkan, sujud ini ku mantapkan. kepadaNya Al-Khalik yang kekal. Aku banyak meminta meski tak tahu bersyukur. Aku malu.
Entah sudah berapa lama aku tidak merasakan kedamaian ini. Aku bersimpuh untuk berpasrah di hadapNya.
Aku lelah. Tetapi aku berusaha. Terkadang hal yang membuatku tidak terima adalah waktu. Kenapa cobaan ini datang dimana aku hendak merencanakan hal yang sudah aku impikan. Aku ingin kuliah. Aku ingin melanjutkan pendidkan tinggi seperti ibuku agar kelak dikemudian hari aku bisa dihargai dan diakui keberadaannya agar aku mampu menyebut siapa ibuku, ibuku yang mampu mendidik dan membesarkan aku menjadi berhasil. Dan suatu hal yang mampu membuat ibuku bangga Karena telah melahirkan aku, membesarkan aku dan mendidik aku.





0 komentar:
Posting Komentar